Menggagas Strategi Komunikasi Pemimpin Organisasi yang Efektif
(Sebuah
Tinjauan Rutinan Safari Ngopi di Ranting NU Desa Juwet)
Oleh:
A. Izzul Muthok (Sekretaris NU Ranting Juwet)
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji tentang proses komunikasi yang
berkaitan langsung dengan kepemimpinan di organisasi paling bawah yaitu di Ranting NU Desa Juwet. Dalam mengutip teori
komunikasi, penulis lebih banyak mengambil dari disiplin ilmu komunikasi dan
psikologi, namun dalam relevansinya dengan
komunikasi pemimpin di Ranting NU Juwet penulis mencoba menggabungkan teori
komunikasi dengan beberapa pengalama empiris penulis di Ranting NU Juwet dan
mencoba menformulasikan kedalam gagasan baru tentang strategi komunikasi
pemimpin yang efektif. Sehingga menghasilkan kesimpulan: Strategi komunikasi
pemimpin Ranting NU Juwet yang efektif diantaranya adalah strategi memberi
tahu, strategi memotivasi, strategi mendidik, strategi menyebarkan informasi,
strategi ligitimasi keputusan, strategi mentradisikan komunikasi tertulis,
strategi keteladanan yang kesemuanya itu didapat dalam acara rutinan safari Ngopi. Cara menilai komunikasi yang efektif adalah apakah pesan
tersampaikan sesuai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin dan terbangun relasi
dan interaksi yang baik dengan stakeholder.
A. Pengantar
Revolusi digital atau biasa
disebut dengan industri 4.0 yang terjadi di era sekarang secara istiqomah
telah mempengaruhi segala sendi kehidupan bermasyarakat, di mana proses komunikasi diambil alih oleh mesin. Peran manusia dalam
komunikasi secara langsung seakan-akan dianggap kurang efisien lagi karena
melibatkan emosi dan sarat akan kepentingan.
Manusia dipaksa untuk hidup seefisien mungkin sebisa mungkin mendekati
mesin. Banyak profesi-profesi yang terberangus digantikan mesin. Politik
rebutan kekuasaan atau acara bikin pemimpin tandingan ditekan seminimal
mungkin. Para megalomaniac kehilangan ajang untuk berebut pengaruh. Mesin jadi
nabi, mesin jadi idola baru, meski demikian sebagai manusia yang hidup di era
posmodern kita tidak bisa munafik dapat hidup tanpa adanya mesin digital.
Sepertinya sangat diperlukan menempatkan fitrah kepemimpinan sebagai
fungsi pencapaian tujuan. Pemimpin harusnya jadi agen katalisator, sebagai penggerak
segala aspek kemajuan kelompoknya dengan ide-ide dan tindakan yang baik,
berfokus pada tujuan, bukan kepentingan individu, tidak hanya sebagai lambang
atau simbol saja, bisa menjadi tempat konsultasi, berpartisipasi aktif dalam
kebijakan dan program, serta mampu mendelegasikan instruksi dengan jelas.
Enak ngomongnya, dalam praktiknya susah, karena masih ada pengaruh
emosional dalam setiap individu. Baik pemimpin maupun yang dipimpin harus bisa
menyelesaikan konflik antara kepentingan pribadi dengan tujuan organisasi.
Harus menggunakan proses dialektis untuk menyelesaikan konflik, tesis
dibandingkan dengan antitesis untuk selanjutnya dibuat sintesisnya. Bukan
dengan cara ngotot yang paling benar ataupun ngambeg dan mengancam jika
tidak diakomodasi pendapatnya.
Pun di organisasi keagamaan atau sebut saja di Ranting
NU Juwet komunikasi merupakan jembatan penghubung antara pimpinan dan yang
dipimpinnya, atau pemimpin dengan pimpinan di atasnya. Jika dalam komunikasi
terjadi gangguan yang mengakitbatkan terputusnya jembatan penghubung tersebut
sudah dapat dipastikan bahwa organisasi Ranting NU Juwet akan mengalami
ketimpangan, roda organsasi tidak akan jalan, kerja pengurus bahkan stakeholder akan mandeg, akibatnya tujuan
organisasi tidak akan tercapai, kepercayaan masyarakat akan berkurang, murid
habis dan puncaknya Ranting NU Juwet akan tutup alias marjer.
Itulah gambaran sekilas tentang pentingnya komunikasi dalam organisasi,
yang mendorong penulis untuk mengangkat tema artikel “Menggagas Strategi
Komunikasi Pemimpin yang Efektif (Sebuah Tinjauan Rutinan Safari Ngopi di
Ranting NU Desa Juwet)”
B. Pembahasan
1. Proses komunikasi dalam Tinjauan Teori
a. Pengertian Proses Komunikasi
Menurut hemat penulis
banyak sekali pendapat ahli yang menjelaskan tentang komunikasi atau proses
komunikasi, masing-masing ahli mempunyai sudut pandang sendiri tergantung latar
belakang yang mendefinisikan. Beberapa definisi komunikasi yang diambil penulis
dari beberapa tokoh diantaranya:
1. S.L Tubbs menyatakan komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara
dua orang atau lebih
2. Kincaid and Scharaum menyatakan
komunikasi adalah seni bergaul, memaknai proses dan secara kreatif menerapkan
pengetahuan.
3. Hoveland menyatakan komunikasi adalah perangsang perangsang untuk
mengubah tingkah laku.
Dalam artikel ini,
penulis lebih cocok terhadap definisi
komunikasi yang dikemukakan oleh Hovland, yaitu komunikasi sebagai proses
dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang
dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan).
Definisi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi mempunyai fokus tentang
perubahan sikap dan pendapat akibat informasi yang disampaikan oleh seseorang
kepada orang lain.
Vardiansyah menyatakan Efek
atau dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi dapat dilihat dari perubahan pada
apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh khalayak, efek ini berkaitan
dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan dan informasi,
sedangkan dampak akan timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau
nilai seseorang. Efek behavioral berhubungan dengan perilaku nyata yang dapat
diamati, yang meliputi pola-pola, tindakan kegiatan atau kebiasaan berperilaku.[1]
b. Tahapan Proses Komunikasi
Proses
komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada
penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi. Tahapan proses komunikasi adalah sebagai
berikut:
1. Penginterprestasian, yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri
komunikator. Artinya, proses komunikasi tahap 1 bermula sejak motif komunikasi
muncul hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia
pikir dan rasakan ke dalam pesan masih
abstrak. Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan disebut interpreting.
2. Penyandian, tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak
berhasil diwujudkan akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini
disebut encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder,
alat penyandi : merubah pesan abstrak menjadi konkret.
3. Pengiriman, proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi,
mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter,
alat pengirim pesan.
4. Perjalanan, terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga
pesan diterima oleh komunikan.
5. Penerimaan, tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui
peralatan jasmaniah komunikan.
6. Penyandian
balik, tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang
komunikasi diterima melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver
hingga akal budinya berhasil menguraikannya (decoding).
7. Penginterpretasian, tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komuikasi berhasil diurai
dalam bentuk pesan.[2]
c. Teori Proses Komunikasi
a. Perspektif psikologis
Perspektif ini merupakan
tahapan komunikator pada proses encoding, kemudian hasil encoding
ditransmisikan kepada komunikan sehingga terjadi komunikasi interpersonal.[3]
b. Perspektif mekanis
Perspektif ini merupakan
tahapan disaat komunikator mentransfer pesan dengan bahasa verbal/non verbal.
Komunikasi ini dibedakan :
a. Proses komunikasi primer
Adalah penyampaian pikiran
oleh komunikator kepada komunikan menggunakan lambang sebagai media.
b. Proses komunikasi sekunder
Merupakan penyampaian
pesan dengan menggunakan alat setelah memakai lambang sebagai media pertama.
c. Proses komunikasi linier
Penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.
d. Proses komunikasi sirkular
Terjadinya feedback
atau umpan balik dari komunikan ke komunikator.
d. Komponen dalam Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar yaitu penerima pesan, pengirim pesan, pesan.[4]
Semua fungsi manajer melibatkan
proses komunikasi. Proses komunikasi
dapat dilihat pada skema dibawah ini :
1.
Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang dengan
harapan dapat dipahami oleh orang yang
menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang
akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan
akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa :
a. Informasi
b. Ajakan
c. Rencana kerja
d. Pertanyaan dan sebagainya
2.
Simbol/ isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya
dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer
menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan,
kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan
penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap,
perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
3.
Media/penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat
kabar, papan pengumuman, telepon dan
lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan,
situasi dsb.
4.
Mengartikan kode/isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya)
maka si penerima pesan harus dapat mengartikan simbul dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti/dipahaminya.
5.
Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim
6.
Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal
maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak
pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui
apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan
dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima
pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan
balikan langsung yang mengandung
pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan
dilaksanakan atau tidak
Balikan yang diberikan oleh orang lain
didapat dari pengamatan pemberi balikan
terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari pesan
yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi, saran
yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara
komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.
7.
Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi
hampir selalu ada hal yang mengganggu. Gangguan adalah hal yang
merintangi atau menghambat
komunikasi sehingga penerima
salah menafsirkan pesan yang
diterimanya.[5]
e. Pentingnya Komunikasi Bagi Seorang Pemimpin
Komunikasi adalah bagian paling penting bagi para pemimpin karena
komunikasi yang efektif merupakan salah satu strategi kepemimpinan. Komunikasi yang
efektif bagi para pemimpin berarti cara pemimpin dalam berkomunikasi yang
bertanggung jawab dan efektif. Efektif dalam berkomunikasi berguna untuk
membangun hubungan dan kepercayaan dan rasa hormat.[6]
Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi, seperti,
sekolah, perusahaan dan sebagainya. Selain itu, kepemimpinan harus menerapkan
komunikasi yang efektif kecuali para pemimpin tidak dapat mencapai tujuan
komunikasi. Hal ini karena, para pemimpin dapat mempengaruhi dan membujuk orang
menuju visi dan inspirasi. Khususnya, seorang pemimpin adalah orang yang
menghabiskan banyak waktu untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui
komunikasi tertulis, verbal dan nonverbal. Para pemimpin yang tidak mengerti
bagaimana untuk berkomunikasi secara efektif akan membuat organisasi yang
dipimpinnya menjadi bangkrut atau tidak berkembang.[7]
Komunikasi adalah bagian penting dari segala sesuatu dalam hidup.
Terutama bagi para pemimpin yang memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan
makna serta membujuk dan mempengaruhi orang. Secara umum, komunikasi berarti
proses untuk mengirimkan informasi dari satu orang ke orang lain atau kelompok
ke kelompok lain. Para pemimpin yang memiliki keterampilan berkomunikasi akan
memahami proses komunikasi dan menyampaikan pesan dengan menggunakan teknik dan
strategi yang tepat. Para pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa tertulis maupun lisan dalam memberikan pesan. Kadang-kadang, para
pemimpin sulit untuk mentransfer informasi karena hambatan komunikasi. Hambatan
biasanya datang karena salah tafsir. Efektivitas komunikasi mungkin menjadi
indikator untuk menjadi pemimpin yang sangat baik. Pemimpin adalah sebagai
juara komunikasi untuk berkomunikasi tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi
juga membujuk dan mempengaruhi orang. Para pemimpin harus mengetahui cara-cara
untuk meningkatkan komunikasi dan mencari tahu cara untuk menghilangkan
hambatan komunikasi.[8]
Kesuksesan organisasi sangat dipengaruhi oleh kapabilitas dan kompetensi
masing-masing individual dan kerjasama antar anggota tim dalam organisasi.
Dalam menjalin kerjasama untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya
komunikasi. Komunikasi merupakan satu
hal penting untuk menunjang kesuksesan organisasi baik dalam meningkatkan
kinerja organisasi maupun adaptasi organisasi terhadap setiap perubahan
lingkungan bisnis yang ada sehingga organisasi bisa tetap survive bahkan
meraih keunggulan kompetitifnya. Melalui komunikasi yang baik antar individu
dan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam organisasi maupun diluar
organisasi, organisasi dapat memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan.
Untuk mengembangkan komunikasi yang baik ini diperlukan peran aktif manajer
maupun bawahan melalui aplikasi beberapa teknik yang telah dijelaskan pada
bagian sebelumnya.[9]
2. Strategi Komunikasi Pimpinan
di Ranting NU Juwet yang Efektif
a. Strategi Memberi Tahu
Strategi ini dapat
digunakan oleh kepala Ranting NU Juwet untuk pemberitahuan. Misalkan mengenai
pelaksanaan rapat koordinasi dengan pengelola Ranting NU Juwet seperti rapat
dengan banom dan pihak organisasi eksternal. Menggunakan berbagai metode
komunikasi dalam strategi memberi tahu yang pada umumnya berbentuk komunikasi
tertulis tersebut merupakan cara yang tepat. Hal tersebut juga di uangkapkan
oleh Alo Liliweri, komunikasi secara tertulis memiliki keunggulan yaitu lebih
formal hemat waktu, pesan dapat dibaca dengan jelas, rekaman tulisan bersifat
permanen, efektif untuk pesan yang rinci dan mengandung gagasan kompleks, lebih
efektif ketika mencari pesan-pesan yang tertinda (membuka arsip), pesan semakin
akurat meskipun melewati beberapa orang, tidak membutuhkan pembaca di waktu dan
tempat yang sama, dan hanya menggunakan sedikit informasi nonverbal. Meskipun
demikian, bukan berarti bahwa komunikasi tertulis tidak memiliki kelemahan.
Komunikasi tertulis memiliki kelemahan di antaranya umpan balik tertunda, dan
kurang efektif untuk pesan-pesan visual.[10]
b. Strategi Memotivasi
Strategi memberi
motivasi ini dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang berkenaan dengan
pengembangan organisasi. Namun dalam hal ini,
pesan atau informasi yang disampaikan oleh ketua
Ranting NU
Juwet biasanya belumlah tuntas karena masih ada informasi yang masih harus
dicari dan ditindaklanjuti sendiri oleh
pengurus. Metode yang digunakan dalam strategi memotivasi pada umumnya berbentuk
metode komunikasi lisan dan komunikasi nonverbal, dan khusus untuk pengurus, terkadang ditambah
dengan komunikasi tertulis.
c. Strategi Menyebarkan Informasi
Strategi menyebarkan
informasi dapat digunakan oleh kepala Ranting NU Juwet untuk menyampaikan
informasi berkenaan dengan penerapan informasi
baru dari MWCNU Ngronggot, PCNU Nganjuk, maupun PWNU Jawa timur dan PBNU
d. Strategi Ligitimasi Keputusan
Strategi ini dapat
digunakan untuk menyampaikan program tahunan ataupun program jangka menengah
atau program sejenis di Ranting NU Juwet. Selain itu, strategi mendukung
pembuatan keputusan juga digunakan untuk menyampaikan program-program tersebut
ke masyarakat desa Juwet.
Jadi, sebuah ide atau
gagasan baru yang kemudian tertuang ke dalam program Ranting NU Juwet akan
disampaikan kepada organisasi di
atasnya ketika sudah ada kepastian bahwa program tersebut dapat terlaksana.
Apabila ide atau gagasan baru tidak memiliki kepastian untuk bisa dilaksanakan,
baik karena kendala dari aspek dana, aspek jaringan, maupun sumber daya
manusia, atau bahkan berseberangan dengan ideologi NU.
e. Strategi Mentradisikan Komunikasi Tertulis
Pengurus Ranting NU Juwet melakukan sejumlah
upaya pengembangan strategi komunikasi untuk pengembangan. Upaya-upaya tersebut
lebih ditekankan melalui penguatan penggunaan komunikasi tertulis, komunikasi
noverbal dan komunikasi media elektronik.
Penguatan metode
komunikasi tertulis dilakukan agar terjadi komunikasi yang berkesinambungan
antara pemimpin sebelumnya, pemimpin sekarang dan pemimping dimasa yang akan
datang. Untuk itu, komunikasi lisan tetap dipergunakan dalam konteks
pengembangan Ranting NU Juwet namun komunikasi tertulis lebih diperkuat. Jadi
berbagai kegiatan harus ada undangan rapat secara tertulis dan resmi selain
disampaikan secara lisan, kemudian kegiatan-kegiatan pertemuan harus tercatat
dalam notulen yang rapi dan sistematis, berbagai program dan kegiatan dibuatkan
surat keputusan pelaksanaan dan surat penugasannya, di samping itu semua
kegiatan harus dibuat laporannnya. Dengan demikian, bukti kinerja Ranting NU
Juwet terdokumentasi dengan baik dan permanen.
Dalam konteks ini, strategi tersebut sangatlah tepat. Merujuk
karakteristik dari komunikasi formal, sebagaimana diungkapkan Alvonco, yaitu
komunikasi terjadi dalam konteks kerja atau untuk kepentingan organisasi, dan
dilakukan oleh orang atau sekelompok orang dalam kapasitas jabatannya. Di
samping itu, komunikasi terjadi melalui jalur hierarki sesuai dengan pembagian
tugas, tanggungjawab, dan wewenangnya untuk mencapai tujuan organisasi.[11]
Oleh karena itu, pilihan melakukan penguatan metode komunikasi tertulis dalam
strategi komunikasi pengembangan Ranting NU Juwet menurut pandangan Alo
Liliweri, Karena komunikasi tertulis bersifat formal, rekaman tulisan bersifat
permanen, pesan semakin akurat meskipun melewati beberapa orang, efektif untuk
pesan yang rinci dan gagasan kompleks, dan tidak dibutuhkan pembaca di waktu
dan tempat yang sama.[12]
f. Strategi Keteladanan
Keteladanan dalam
bentuk sikap dan tindakan dalam bekerja merupakan salah satu bentuk komunikasi
nonverbal. Komunikasi nonverbal adalah cara berkomunikasi dengan mengirimkan
informasi dalam bentuk simbol-simbol nonverbal. Memberdayakan komunikasi
nonverbal dalam strategi komunikasi pengembangan Ranting NU Juwet merupakan
langkah yang tepat. Seperti diungkapkan Alo Liliweri, berkomunikasi dengan
simbol nonverbal ternyata mempunyai kekuatan tertentu. Albert Mehrabain dalam
bukunya Nonverbal Communication sebagaimana dikutip Liliweri mengatakan,
setiap manusia menyatakan makna emosinya melalui saluran verbal yang eksplisit
sebesar 7%. Sekitar 38% manusia berkomunikasi dengan paralinguistik, yakni
berdasarkan suara, dan sekitar 55% melalui pernyataan nonverbal yang meliputi
isyarat, tampilan tubuh, dan pernyataan wajah. Dengan kata lain, mayoritas
manusia berkomunikasi secara nonverbal dalam kehidupannya.[13]
3. Cara Menilai Komunikasi yang Efektif
Berbekal teori yang kemukakan oleh Alo Liliweri penulis mencoba mengalisis tentang efektif
atau tidaknya komunikasi pemimpin madrasah, setidaknya ada 2 hal pokok untuk
mengukur afektif atau tidaknya strategi komunikasi pemimpin Ranting NU Juwet diataranya
adalah:
a.
Pesan Tersampaikan
sesuai Tujuan yang diharapkan
Cara penilaian
efektivitas strategi komunikasi yang dilakukan oleh kepala madrasah, penulis menggunakan pandangan Alo Liliweri, yang
menyatakan bahwa kemampuan orang untuk menyampaikan semua maksud atau isi hati
secara profesional sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang ia tampilkan
secara prima merupakan salah satu indikator efektivitas komunikasi.[14]
Begipula dengan pandangannya yang lain yang mengatakan bahwa untuk sebuah
komunikasi yang efektif, seorang pendengar perlu mengerti makna yang orang lain
katakan dan dapat mengekspresikan makna itu kembali kepada pengirim pesan.
Ketika kita berkomunikasi maka kita sering mengajukan pertanyaan kepada orang
lain, "Apakah Anda mengerti apa yang saya maksudkan? Jelas di sini
maksudnya komunikan (pihak yang diajak berkomunikasi) tidak cukup mengatakan,
"Saya mendengar kata-kata yang Anda ucapkan", tetapi pendengar harus
mengerti makna pesan dan merespon pesan itu kembali daam suatu tindakan
tertentu. Misalnya mengatakan, "Ya saya mengerti maksud Anda" atau
"Saya mendengar namun tidak mengerti apa yang Anda maksudkan.[15]
b.
Terbangun relasi
dan interaksi yang baik dengan stakeholder
Strategi komunikasi
yang berhasil adalah jika mampu menjadikan kepala Ranting NU Juwet mampu
menjalin hubungan atau relasi yang baik dengan organisasi
di atasnya, perangkat desa, dan masyarakat. Untuk itu, indikator lain mengenai
strategi komunikasi yang efektif adalah pasca komunikasi apakah kemudian
terbangun sebuah relasi yang semakin akrab atau tidak.
Menurut pendapat Alo
Liliweri yang menyatakan bahwa indikator efektivitas komunikasi adalah
kemampuan orang untuk berinteraksi secara baik dan sekaligus menyesuaikan
budaya pribadi dengan budaya yang sedang dihadapinya. Namun, efektivitas
komunikasi tidak ditentukan hanya karena setiap orang sudah melakukan
interaksi, relasi, dan komunikasi sesuai dengan peranan (profesi). Selain itu,
yang terpenting dalam komunikasi yang efektif adalah kemampuan seorang komunikator
untuk menjaga keseimbangan antara kegiatan interaksi, relasi, dan komunikasi di
antara dua budaya organisasi.[16]
C. Penutup
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan
1. Teori tentang proses komunikasi adalah ada 7 tahapan proses komunikasi
yaitu penginterprestasian,
penyandian, pengiriman, perjalanan, pengiriman, penerimaan, penyandian balik,
penginterpretasian. Ada dua teori proses komunikasi yaitu perspektif psikologi
dan perspektif mekanis. Komponen dalam proses komunikasi yaitu penerima pesan, pengirim
pesan, pesan.
2. Strategi komunikasi pemimpin Ranting NU Juwet yang efektif diantaranya
adalah strategi memberi tahu, strategi memotivasi, strategi mendidik, strategi
menyebarkan informasi, strategi ligitimasi keputusan, strategi mentradisikan
komunikasi tertulis, strategi keteladanan.
3. Cara menilai komunikasi yang efektif adalah pesan tersampaikan sesuai
tujuan yang diharapkan, terbangun relasi dan interaksi yang baik dengan stakeholder.
DAFTAR PUSTAKA
Alvonco, Johnson. Practical Communication Skill. Jakarta:
Elex Media Komptindo, 2014.
Green, R.L. Enhancing
Leadership Effectiveness through Communication. In R.L. Green (2nd Ed.).
Practicing the Art of Leadership: A problem-based approach to Implementing the
ISSLG Standards (pp.85-115). (New Jersey: Pearson Education Inc, 2005.
Liliweri, Alo Sosiologi
dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2014
Liliweri, Alo. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011.
Munalullaili,
“Komunikasi Efektif Bagi Seorang Pemimpin”, Wardah (No. 25/ Th.
XXIV/Desember 2012)
Nurrohim,
Hassa “ Efektivitas Komunikasi Dalam Organisasi”, Jurnal Manajemen, Vol.7, (No.4, Mei 2009), 8
Sulaksana, Uyung. Integrated
Marketing Communications. Jakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Vardiansyah. pengantar ilmu komunikasi.
Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.
Wiryanto. Pengantar
Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo, 2010.
[1] Vardiansyah, pengantar ilmu komunikasi (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2004), 36.
[2] Wiryanto,
Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Grasindo, 2010) 47
[3] Uyung
Sulaksana, Integrated Marketing Communications. (Jakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), 14
[4]
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, 60
[5]
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, 65
[6] Green,
R.L. Enhancing Leadership Effectiveness through Communication. In R.L. Green
(2nd Ed.). Practicing the Art of Leadership: A problem-based
approach to Implementing the ISSLG Standards (pp.85-115). (New Jersey:
Pearson Education Inc, 2005), 44
[7]
Munalullaili, “Komunikasi Efektif Bagi Seorang Pemimpin”, Wardah (No.
25/ Th. XXIV/Desember 2012), 166
[8]
Ibid.,
[9] Hassa Nurrohim, “ Efektivitas Komunikasi Dalam Organisasi”, Jurnal
Manajemen, Vol.7, (No.4, Mei 2009), 8.
[10] Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011), 377-378
[11] Johnson Alvonco, Practical
Communication Skill (Jakarta: Elex Media Komptindo, 2014), 141-142
[14] Alo Liliweri, Sosiologi dan Komunikasi Pendidikan, 394.
[15] Ibid.,
395
[16] Ibid.,
394
Tidak ada komentar:
Posting Komentar