MANAJEMEN ORGANISASI PERSPEKTIF HADITS
Sebuah Tinjauan Teoritik
Oleh:
M. Wahyu Ugo Istunggal (Penulis adalah Ketua Pimpinan Ranting Ansor Desa Juwet)
A. Pendahuluan
Pada dasarnya manajemen sudah ada sejak manusia
itu ada, manajemen sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa
demikian, karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak
bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak
langsung, baik disadarai ataupun tidak disadari.
Dalam
pandangan Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan
teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh
dilakukan secara asal-asalan Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan
Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah
negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam
bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa
selesai secara efisien dan efektif.
Pada dasarnya ajaran islam yang tertuang dalam
Al-Qur'an dan As Sunnah mengajarkan tentang kehidupan yang serba terarah dan
teratur merupakan contoh konkrit adanya manajemen yang mengarah kepada keteraturan.
Puasa, haji dan amaliyah lainnya merupakan pelaksanaan manajemen yang
monomintal. Teori dan konsep manajemen yang digunakan saat ini sebenarnya bukan
hal yang baru dalam perspektif islam. Manajemen itu telah ada paling tidak
ketika Allah menciptakan alam semesta beserta isinya. Unsur-unsur manajemen
dalam pembuatan alam serta makhluk- makhluknya lainnya tidak terlepas dengan
manajemen langit. Ketika Nabi Adam sebagai khalifah memimpin alam raya ini
telah melaksanakan unsur-unsur manajemen tersebut.
Al Quran dan hadits diyakini mengandung prinsip
dasar menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Penafsiran atas Al Quran dan
Hadits perlu senantiasa dilakukan. Hal ini penting dilakukan, sebab pada satu
sisi wahyu dan kenabian telah berakhir sedangkan pada sisi yang lain kondisi
zaman selalu berubah seiring dengan perkembangan pemikiran manusia dan tetap
mutlak diperlukannya petunjuk yang benar bagi manusia.
Manusia dikenal sebagai makhluk sosial,
sehingga eksistensinya dipengaruhi oleh interaksi dengan manusia lain. Di dalam
berinteraksi antar individu hingga yang lebih luas mustahil tanpa adanya
kiat-kiat atau manajemen. Sudah menjadi kepastian, bahwa Al Quran dan Hadits
menjadi referensi dan pandangan hidup dalam aspek kehidupan umat Islam seperti
manajemen. Bagaimana Al Quran dan Hadits memandang konsep manajemen? Semua akan
dipaparkan pada sub bahasan selanjutnya.
B. Pembahasan
1. Pengertian
Manajemen
Dalam Webster, News Collegiate Dictionary disebutkan bahwa manajemen berasal dari kata to manage berasal dari bahasa Italia "managgio" dari kata "managgiare" yang diambil dari bahasa Latin, dari kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Managere diterjemahkan dalam bahasa Inggris dalam bentuk
kata kerja to
manage, dengan
kata benda management
dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Management diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi
manajemen atau pengelolaan.1
Kata manage dalam kamus tersebut diberi arti: (1) to direct and control (membimbing dan mengawasi); (2) to treat with care (memperlakukan dengan seksama); (3) to carry on business or affair (mengurus perniagaan, atau urusan/persoalan); (4) to achieve one's
purpose (mencapai
tujuan tertentu). Pengertian manajemen dalam kamus tersebut memberikan gambaran
bahwa manajemen adalah suatu kemampuan atau ketrampilan membimbing, mengawasi
dan memperlakukan/mengurus sesuatu dengan seksama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Istilah
manajemen sebenarnya mengacu kepada proses pelaksanaan aktifiitas yang diselesaikan
secara efisien dengan dan melalui pendayagunaan orang lain. Terry memberikan defenisi: "management is a distinct process consisting of
planning, organizing, actuating and controlling, performed to determine and
accomplish stated objectives by the use of human beings and other
resources"[1] Maksudnya manajemen sebagai suatu proses yang jelas terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian yang dilaksanakan
untuk menentukan serta melaksanakan sasaran/tujuan yang telah ditentukan dengan
menggunakan sumber daya dan sumber-sumber lainnya. Arifin Abdurrachman
sebagaimana dikutip oleh M. Ngalim Purwanto, memberikan pengertian manajemen
merupakan kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang
telah ditentukan dengan menggunakan orang-orang pelaksana.[2]
2. .Fungsi Manajemen
Berbicara
masalah manajemen tentunya tidak bisa lepas dengan empat komponen yang ada
yaitu (POAC) planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating
(pelaksanaan) dan controlling (pengawasan). Dan empat komponen tersebut di
jelaskan di beberapa ayat al-Qur'an dan Hadits. Untuk lebih jelasnya maka akan
penulis uraikan satu persatu sebagai berikut:
a.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika
hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar
tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Perencanaan adalah salah
satu fungsi awal dari aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara efektif
dan efisien. Anderson memberikan definisi perencanaan adalah pandangan masa depan dan menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang
di masa depan.
Menurut
F. E. Kast dan Jim Rosenzweig, perencanaan adalah suatu kegiatan yang
terintegrasi yang bertujuan untuk memaksimalkan efektifitas keseluruhan
usaha-usaha, sebagai suatu sistem sesuai dengan tujuan organisasi yang
bersangkutan. Fungsi perencanaan antara lain untuk menetapkan arah dan
setrategi serta titik awal kegiatan agar dapat membimbing serta memperoleh
ukuran yang dipergunakan dalam pengawasan untuk mencegah pemborosan waktu dan
faktor produksi lainnya[3].
Hiks dan
Guelt menyatakan bahwa perencanaan berhubungan dengan :
1)
Penentuan dan maksud - maksud organisasi
2)
Perkiraan- perkiraan ligkungan di mana tujuan
hendak dicapai
3)
Penentuan pendekatan dimana tujuan dan maksud organisasi
hendak dicapai.[4]
Dalam
setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan,
tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam proses
perencanaan. Ketiga kegiatan itu adalah:
1)
Perumusan tujuan yang ingin dicapai
2)
Pemiihan program untuk mencapai tujuan itu
Perencanaan
yang baik dilakukan untuk mencapai: 1) "Protective
benefits" yaitu
menjaga agar tujuan-tujuan, sumber dan teknik/metode memiliki relevansi yang
tinggi dengan tuntutan masa depan sehingga dapat mengurangi resiko keputusan. 2) "Positive benefits" yaitu produktivitas dapatmeningkat sejalan
dengan dirumuskannya rencana yang komprehensif dan tepat. [6]
Mengenai
pentingnya suatu perencanaan, ada beberapa konsep yang tertuang dalam Al Qur'an dan Al Hadits. Di antara ayat Al Quran yang terkait dengan fungsi perencanaan adalah:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al Hasyr ayat 18).
Perencanaan
yang baik akan dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan
datang dalam mana perencanaan dan kegiatan yang akan diputuskan akan
dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana di buat. Perencanaan
merupakan aspek penting dari pada manajemen. Keperluan merencankan ini terletak
pada kenyataan bahwa manusia dapat mengubah masa depan menurut kehendaknya.
Manusia tidak boleh menyerah pada keadaan dan masa depan yang menentu tetapi
menciptakan masa depan itu. Masa depan adalah akibat dari keadaan masa lampau.
Keadaan sekarang dan disertai dengan usaha-usaha yang akan dilaksanakan. Dengan
demikian landasan dasar perencanaan adalah kemampuan manusia untuk secara sadar
memilih alternatif masa depan yang akan dikehendakinya dan kemudian mengarahkan
daya upayanya untuk mewujudkan masa depan yang dipilihnya, dalam hal ini
manajemen yang akan diterapkan seperti apa, sehingga dengan dasar itulah maka
suatu rencana akan terealisasikan dengan baik.[7]
Adapun kegunaan perencanaan adalah sebagai
berikut :
1)
Karena perencanaan meliputi usaha untuk
memetakan tujuan atau memformulasikan tujuan yang dipilih untuk dicapai, maka
perencnaan haruslah bisa membedakan poin pertama yang akan dilaksanakan
terlebih dahulu.
2)
Dengan adanya perencanaan maka memungkinkan
kita mengetahui tujuan-tujuan yang akan di capai.
Dapat memudahkan
kegiatan untuk mengidentifikasikan hambatan hambatan yang akan mngkin timbul
dalam usaha mencapai tujuan.[8]
Suatu contoh perencanaan yang gemilang dan terasa sampai sekarang adalah
peristiwa khalwat dari Rasulullah di gua hira. Tujuan Rasulullah Saw berkhalwat
dan bertafakkur dalam gua Hira' tersebut adalah untuk mengidentifikasi masalah
yang terjadi pada masyarakat Mekkah. Selain itu, beliau juga mendapatkan
ketenangan dalam dirinya serta obat penawar hasrat hati yang ingin menyendiri,
mencari jalan memenuhi kerinduannya yang selalu makin besar, dan mencapai
ma'rifat serta mengetahui rahasia alam semesta.
Pada
usia 40 tahun, dalam keadaan khalwat Rasulullah Saw menerima wahyu pertama.
Jibril memeluk tubuh Rasulullah Saw ketika beliau ketakutan. Tindakan Jibril
tersebut merupakan terapi menghilangkan segala perasaan takut yang terpendam di
lubuk hati beliau. Pelukan erat itu mampu membuat Rasulullah Saw tersentak
walau kemudian membalasnya. Sebuah tindakan refleks yang melambangkan sikap
berani. Setelah kejadian itu, Rasulullah Saw tidak pernah dihinggapi rasa
takut, apalagi bimbang dalam menyebarkan Islam ke seluruh pelosok dunia.
Pendidikan
Islam mempunyai kedudukan yang tinggi, ini dibuktikan dengan wahyu pertama di
atas yang disampaikan Rasulullah Saw bagi pendidikan. Beliau menyatakan bahwa
pendidikan atau menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang, laki-laki dan
perempuan. Rasulullah Saw diutus dengan tujuan untuk menyempurnakan akhlak
manusia. Itulah yang menjadi visi pendidikan pada masa Rasulullah Saw.
Contoh
lain dari perencanaan yang dilakukan Rasulullah Saw dapat ditemukan ketika
terjadi perjanjian Hudaibiyyah (shulhul Hudaibiyyah). Dariperjanjian tersebut terkesan Rasulullah Saw
kalah dalam berdiplomasi dan terpaksa menyetujui beberapa hal yang berpihak
kepada kafir Quraisy. Kesan tersebut ternyata terbukti sebaliknya setelah
perjanjian tersebut disepakati. Disinilah terlihat kelihaian Rasulullah Saw dan
pandangan beliau yang jauh ke depan. Rasulullah Saw adalah insan yang selalu
mengutamakan kebaikan yang kekal dibandingkan kebaikan yang hanya bersifat
sementara. Walaupun perjanjian itu amat berat sebelah, Rasulullah Saw
menerimanya karena memberikan manfaat di masa depan saat umat Islam berhasil
membuka kota Mekkah (fath al Makkah) pada tahun ke-8 Hijriyah (dua tahun setelah
perjanjian Hudaibiyah).
b. Pengorganisasian
(organizing)
Setelah
mendapat kepastian tentang tujuan, sumberdaya dan teknik/metode yang digunakan
untuk mencapai tujuan, lebih lanjut manajer melakukan upaya pengorganisasian
agar rencana tersebut dapat dikerjakan secara sukses.
Pengorganisasian
adalah proses mengatur, mengalokasiakan dan mendistribusiakan pekerjaan,
wewenang dan sumber daya diantara anggota organisasi. Stoner menyatakan bahwa
mengorganisasikan adalah proses mempekerjakan dua orang atau lebih untuk
bekerja sama dalam cara terstruktur guna mencapai sasaran spesipik atau
beberapa sasaran.[9]
Menurut
Terry pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksanakan
untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia,
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.[10]
Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih
menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi
lebih menekankan pada pengaturan mekanisme kerja.[11]
Organisasi
adalah sistem kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Dalam
sistem kerjasama ini diadakan pembagian untuk menetapkan bidang-bidang atau
fungsi-fungsi yang termasuk ruang lingkup kegiatan yang akan diselenggarakan.
Sistem ini harus senantiasa mempunyai karakteristik antara lain:
1) Ada kominikasi antara orang yang
bekerja sama
2)
Individu dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan
untuk bekerja sama
3)
Kerja sama itu
ditunjukan untuk mencapai tujuan.
Ajaran
Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu
secara terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak
terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa diluluhlantakkan oleh kebatilan
yang tersusun rapi.
Ali Bin
Talib berkata : "Kebenaran yang tidak terorganisasi dapat dikalahkan oleh
kebatilan yang terorganisasi".
Proses organizing yang menekankan pentingnya
tercipta kesatuan dalam segala tindakan sehingga tercapai tujuan, sebenarnya
telah dicontohkan di dalam Al Qur'an. Firman Allah dalam surat Ali imran ayat 103 menyatakan:
Artinya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (Q.S.Ali Imran ayat 103).
Selanjutnya al-Qur'an memberikan petunjuk agar
dalam suatu wadah, tempat, persaudaraan, ikatan, organisasi,
kelompok, janganlah timbul
pertentangan, perselisihan, perscekcokan yang mengakibatkan hancurnya
kesatuan, runtuhnya mekanisme kepemimpinan yang telah dibina. Firman Allah :
Artinya
: Dan taatilah Allah dan RasulNya, jangalah kamu berbantah-bantahan yang
menyebabkan kamu menjadi gentar, hilang kekuatanmu, dan bersabarlah,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Al-Anfal: 46)
Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan
bawahan. Sementara itu pengorganisasian dalam kaitannya dengan pendidikan
Islam, Ramayulis menyatakan bahwa "Pengorganisasian dalam pendidikan Islam
adalah proses penentuan struktur, aktivitas, interkasi, koordinasi, desain
struktur, wewenang, tugas secara transparan, dan jelas. Dalam lembaga
pendidikan Islam, baik yang bersifat individual, kelompok, maupun kelembagaan.
Sebuah organisasi dalam manajemen pendidikan Islam akan dapat berjalan dengan
lancar dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain
perjalanan organisasi yaitu kebebasan, keadilan, dan musyawarah. Jika kesemua
prinsip ini dapat diaplikasikan secara konsisten dalam proses pengelolaan
lembaga pendidikan Islam akan sangat membantu bagi para manajer pendidikan
Islam".
Dalam kaitannya dengan pengorganisasian,
Rasulullah SAW telah mencontohkan ketika memimpin perang uhud. Ketika pasukan
Islam pimpinan Nabi Muhammad SAW berhadapan dengan angkatan perang kafir
Quraish di dekat gunung Uhud. Nabi SAW mengatur strategi peperangan dengan sempurna
dalam hal penempatan pasukan. Beberapa orang pemanah ditempatkan pada suatu
bukit kecil untuk menghalang majunya musuh. Pada saat perang berkecamuk,
awalnya musuh menderita kekalahan. Mengetahui musuh kocar-kacir, para pemanah
muslim meninggalkan pos-pos mereka di bukit untuk mengumpulkan barang rampasan.
Pada sisi lain, musuh mengambil kesempatan ini dan menyerang angkatan perang
muslim dari arah bukit ini. Banyak dari kaum Muslim yang mati syahid dan bahkan
Nabi SAW mengalami luka yang sangat parah. Orang kafir merusak mayat-mayat kaum
Muslim dan menuju Makkah dengan merasa suatu kesuksesan .
Dari cerita sejarah Nabi Muhammad SAW yang
tertulis di atas, dapat diketahui suatu tindakan pengorganisasian. Nabi
Muhammad memerintahkan kepada pasukan pemanah untuk tetap berada di atas bukit
dalam keadaan apapun. Ternyata pasukan pemanah lalai dari perintah atasan,
kemudian mereka meninggalkan tempat tugasnya dari atas bukit untuk mengambil
harta rampasan ketika musuh lari kocar-kacir. Tanpa disadari musuh menyerang
balasan dari sebelah bukit yang berakibat pada kekalahan pasukan muslim. Kalau
pasukan pemanah memperhatikan dan melaksanakan perintah pimpinan (Nabi Muhammad
SAW) tentu ceritanya akan lain.
c. Pelaksanaan ( actuating )
Pelaksanaan
kerja merupakan aspek terpenting dalam fungsi manajemen karena merupakan
pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok
mulai dari tingkat teratas sampai terbawah berusaha mencapai sasaran organisasi
sesuai dengan rencana yang ditetapkan semula, dengan cara yang baik dan benar.
Adapun istilah yang dapat dikelompokkan kedalam fungsi pelaksanaan ini adalah directing commanding, leading dan coornairing[12]
Pelaksanaan
kerja sudah barang tentu yang paling penting dalam fungsi manajemen karena
merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota
kelompok mulai dari tingkat tingkat teratas sampai terbawah berusaha mencapai
sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik
dan benar.
Karena
tindakan pelaksanaan sebagaimana tersebut di atas, maka proses ini juga
memberikan motivating untuk memberikan penggerakan dan kesadaran terhadap dasar
dari pada pekerjaan yang mereka lakukan, yaitu menuju tujuan yang ingin dicapai,
disertai memberikan motivasi-motivasi baru, bimbingan atau pengarahan, sehingga
mereka bisa menyadari dan timbul kemauan untuk bekerja dengan tekun dan baik.
Menurut Hadari Nawawi bimbingan berarti
memelihara, menjaga dan menunjukkan organisasi melalui setiap personal, baik
secara struktural maupun fungsional, agar setiap kegiatan tidak terlepas dari
usaha mencapai tujuan. Dalam realitasnya, kegiatan bimbingan dapat berbentuk
sebagi berikut:
1)
Memberikan dan menjelaskan perintah
2)
Memberikan petunjuk melaksanakan kegiatan
3)
Memberikan kesempatan meningkatkn pengetahuan,
ketrampilan/kecakapan dan keahlian agar lebih efektif dalam melksnakan berbagai
kegiatan orgnisasi.
4)
Memberikan kesempatan ikut serta menyumbangkan
tenaga dan fikiran untuk memajukan organisasi berdasarkan inisiatif dan
kreativits masing - masing.
5)
Memberikan koreksi agar setiap personal
melakukan tugas-tugasnya secara efisien .
Al-Qur'an
dalam hal ini sebenarnya telah memberikan pedoman dasar terhadap proses
pembimbingan, pengarahan ataupun memberikan peringatan dalam bentuk actuating
ini. Allah berfiman dalam surat al-kahfi ayat 2 sebagai berikut :
Artinya
: Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih
dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman,
yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik (Q.S al Kahfi ayat 2).
Suatu
contoh pelaksanaan dari fungsi manajemen dapat ditemukan pada pribadi agung,
Nabi Muhammad Saw. ketika ia memerintahkan sesuatu pekerjaan, beliau menjadikan
dirinya sebagai model dan teladan bagi umatnya. Rasulullah Saw adalah al Qur'an yang hidup (the living Qur'ari). Artinya, pada diri Rasulullah Saw tercermin
semua ajaran Al-Qur'an dalam bentuk nyata. Beliau adalah pelaksana pertama semua
perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Oleh karena itu, para
sahabat dimudahkan dalam mengamalkan ajaran Islam yaitu dengan meniru perilaku
Rasulullah Saw.
d.
Pengawasan (Controlling)
Controlling
atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian.
Pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakanpenilaian, bila perlu mengadakan koreksi
sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan
maksud dan tujuan yang telah digariskan semula.
Pengawasan
adalah salah satu fungsi dalam manajemen untuk menjamin agar pelaksanaan kerja
berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
Pengawasan/pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas
sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Proses pengendalian dapat
melibatkan beberapa elemen yaitu : 1) Menerapkan standar kinerja. 2) Mengukur kinerja. 3) Membandingkan unjuk kerja dengan standar yang
ditetapkan. 4) Mengambil tindakan korektifsaat terdeteksi penyimpangan. [13] Dalam al Quran pengawasan bersifat transendental, jadi dengan
begitu akan muncul inner dicipline (tertib diri dari dalam). Itulah sebabnya di
zaman generasi Islam pertama, motivasi kerja mereka hanyalah Allah kendatipun
dalam hal-hal keduniawian yang saat ini dinilai cenderung sekuler sekalipun.
Mengenai
fungsi pengawasan, Allah SWT berfirman di dalam al Quran sebagai berikut:
Artinya : Dan orang-orang yang mengambil
pelindung-pelindung selain Allah,
Allah
mengawasi (perbuatan) mereka; dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang
diserahi mengawasi mereka (Q.S As Syuura ayat:6).
Artinya
: Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi
mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya
apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira
ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan
tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya
manusia itu amat ingkar (kepada nikmat) (Q.S As
Syuura ayat 48).
Contoh
pengawasan dari fungsi manajemen dapat dijumpai dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari sebagai berikut:
Al
Bukhari Muslim meriwayatkan dari Ibnu „Abbas, ia berkata: "Suatu malam aku
menginap di rumah bibiku, Maimunah. Setelah beberap saat malam lewat, Nabi
bangun untuk menunaikan shalat. Beliau melakukan wudhu" ringan sekali
(dengan air yang sedikit) dan kemudian shalat. Maka, aku bangun dan
berwudhu" seperti wudhu" Beliau. Aku menghampiri Beliau dan berdiri
di sebelah kirinya. Beliau memutarku ke arah sebelah kanannya dan
meneruskannshalatnya sesuai yang dikehendaki Allah ... ".
Dari
peristiwa di atas dapat ditemukan upaya pengawasan Nabi Muhammad Saw terhadap
Ibnu „Abbas yang melakukan kesalahan karena berdiri di sisi kiri Beliau saat
menjadi makmum dalam shalat bersama Beliau. Karena seorang makmum harus berada
di sebelah kanan imam, jika ia sendirian bersama imam. Beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam tidak membiarkan kekeliruan Ibnu „Abbas dengan dalih umurnya
yang masih dini, namun Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tetap mengoreksinya
dengan mengalihkan posisinya ke kanan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dalam melakukan pengawasan, beliau langsung memberi arahan dan bimbingan yang
benar.
3. Kepemimpinan dan Tanggung Jawab
Dalam suatu organisasi, kepemimpinan memegang
peranan yang penting karena pemimpin yang akan mengegerakkan dan mengarahkan
organisasi dalam mencapai tujuan dan sekaligus merupakan tugas yang tidak
mudah. Sukses tidaknya usaha pencapaian tujuan organisasi ditentukan oleh
kualitas kepemimpinan. Blancard dan Hersey (Dalam Tohardi, 2002) mengemukakan
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu dan kelompok
dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi
tertentu.
Davis mengidentifikasi dalam keterampilan
kepemimpinan yaitu : 1) Technical Skills ; diperlukan pemimpin agar ia mampu mengawasi
dan menilai pekerjaan sesuai dengan keahlian yang digelutinya. 2) Human Skills ; kemampuan dalam membangun relasi dan dapat
bekerja sama dengan orang lain adalah kualifikasi yang dipersyaratkan seorang
pemimpin baik dalam situasi formal maupun informal. Untuk membangun relasi yang
lebih baik harus dikembangkan sikap resfek dan saling menghargai satu sama
lain. 3) Conceptual
Skills ;
pemimpin yang disegani adalah pemimpin yang mampu memberi solusi yang tepat
yang timbul daripemikirannya yang cerdas suatu persoalan. [14]
Pemimpin merupakan pengendali dari organisasi
sehingga keberadaannya mutlak dibutuhkan. Untuk itu seorang pemimpin harus
mempunyai kredibilitas dalam memimpin. Dalam kelompok manusia manapun,
seseorang pemimpin harus memiliki pengaruh di antaranya adalah:
a. Power
eksekutif (pelaksanaan), yaitu pengaruh yang dapat menimbulkan
kharisma dan wibawa untuk mengatur anggota kelompok atau untuk mengatur
orang lain.
kharisma dan wibawa untuk mengatur anggota kelompok atau untuk mengatur
orang lain.
b. Power
legislatif (pembuat hukum) yaitu pengaruh untuk mengatur hubungan
antar kelompok .
antar kelompok .
c. Power
pembuat keputusan, yaitu pengaruh untuk melerai perselisihan yang
terjadi dalam penerapan hukum[15].
terjadi dalam penerapan hukum[15].
Dalam
pandangan Islam, kepemimpinan merupakan amanah dan tanggungjawab yang tidak
hanya dipertanggung-jawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinya, tetapi
juga akan dipertanggung-jawabkan dihadapan Allah SWT. Jadi, pertanggung-jawaban
kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia,
tetapi bersifat vertical-moral, yakni tanggung jawab kepada Allah Swt di
akhirat nanti. Seorang pemimpin akan dianggap lolos dari tanggungjawab formal
dihadapan orang-orang yang dipimpinnya, tetapi belum tentu lolos ketika ia
bertanggungjawab dihadapan Allah Swt. Kepemimpinan sebenarnya bukan
sesuatu yang mesti
menyenangkan, tetapi merupakan tanggungjawab sekaligus amanah
yang amat berat yang harus diemban dengan sebaik-baiknya. Allah Swt berfirman:
Artinya : "dan orang-orang yang memelihara
amanah (yang diembankannya) dan janji mereka, dan orang-orang yang memelihara
sholatnya." (QS.Al
Mukminun 8-9).
Seorang
pemimpin merupakan sentral figur dan profil panutan publik. Terwujudnya
kemaslahatan umat sebagai tujuan sangat tergantung pada gaya dan karakteristik
kepemimpinan. Dengan demikian kualifikasi yang harus dipenuhi oleh seorang
pemimpin mencakup semua karakteristik yang mampu membuat kepemimpinan dapat
dirasakan manfaat oleh orang lain.
Dalam
konsep Islam, kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin telah
dirumuskan dalam suatu cakupan sebagai berikut:
a. Pemimpin haruslah orang-orang yang amanah,
amanah dimaksud berkaitan dengan banyak hal, salah satu di antaranya berlaku
adil. Keadilan yang dituntut ini bukan hanya terhadap kelompok, golongan atau
kaum muslimin saja, tetapi mencakup seluruh manusia bahkan seluruh makhluk.
Dalam al-Qur'an surah anNisa': 58 dijelaskan:
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi
Maha melihat. (QS.
An-Nisa': 58)
Ayat di atas memerintahkan menunaikan amanat,
ditekankannya bahwa amanat tersebut harus ditunaikan kepada ahliha yakni pemiliknya. Ketika memerintahkan
menetapkan hukum dengan adil, dinyatakannya "apabila kamu
menetapkan hukum di antara manusia". Ini
bearti bahwa perintah berlaku adil itu ditunjukkan terhadap manusia secara
keseluruhan. b. Seorang pemimpin
haruslah orang-orang yang berilmu, berakal sehat, memiliki
kecerdasan, kearifan, kemampuan fisik dan mental untuk dapat mengendalikan
roda kepemimpinan dan memikul tanggung jawab. Sebagaimana dijelaskan
dalam al-Qur'an surah An-Nisa': 83
kecerdasan, kearifan, kemampuan fisik dan mental untuk dapat mengendalikan
roda kepemimpinan dan memikul tanggung jawab. Sebagaimana dijelaskan
dalam al-Qur'an surah An-Nisa': 83
Artinya : Dan apabila datang kepada mereka
suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan
kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka,
tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat)
mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri) kalau tidaklah karena karunia
dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali
sebahagian kecil saja (di antaramu). Maksud ayat di atas adalah kalau mereka
menyerahkan informasi tentang keamanan atau ketakutan itu kepada Rasulullah Saw
apabila bersama mereka, atau kepada pemimpin-pemimpin mereka yang beriman,
niscaya akan diketahui hakikatnya oleh orang-orang yang mampu menganalisis
hakikat itu dan menggalinya dari celah-celah informasi yang saling bertentangan
dan tumpang tindih.[16]
c. Pemimpin harus orang-orang yang beriman,
bertaqwa dan beramal shaleh, tidak
boleh orang dhalim, fasiq, berbut keji, lalai akan perintah Allah Swt dan
melanggar batas-batasnya. Pemimpin yang dhalim, batal kepemimpinannya.
boleh orang dhalim, fasiq, berbut keji, lalai akan perintah Allah Swt dan
melanggar batas-batasnya. Pemimpin yang dhalim, batal kepemimpinannya.
d. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan tatanan
kepemimpinan sesuai dengan
yang dimandatkan kepadanya dan sesuai keahliannya. Sebaliknya Negara dan
rakyat akan hancur bila dipimpin oleh orang yang bukan ahlinya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw "Apabila diserahkan suatu urusan kepada yang bukan ahlinya maka tungguhlah kehancuran suatu saat". e. Senantiasa menggunakan hukum yang telah ditetapkan Allah, seperti yang Allah jelaskan dalam al-Qur'an.
yang dimandatkan kepadanya dan sesuai keahliannya. Sebaliknya Negara dan
rakyat akan hancur bila dipimpin oleh orang yang bukan ahlinya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw "Apabila diserahkan suatu urusan kepada yang bukan ahlinya maka tungguhlah kehancuran suatu saat". e. Senantiasa menggunakan hukum yang telah ditetapkan Allah, seperti yang Allah jelaskan dalam al-Qur'an.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian
jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. Ayat di
atas merupakan perintah untuk taat kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri (ulama
dan umara). Oleh karena Allah berfirman "Taatlah kepada Allah", yakni
ikutilah kitab-nya, "dan taatlah kepada Rasul", yakni pegang teguhlah
sunnahnya, "dan kepada Ulim Amri di antara kamu", yakni terhadap
ketaatan yang mereka perintahkan kepadamu, berupa ketaatan kepada Allah bukan
ketaatan kepada kemaksiatan terhadap-Nya. Kemudian apabila kamu berselisih tentang
suatu hal maka kembalilah kepada al-Qur'an dan hadits.
Sedangkan
hadits Nabi yang
menjelaskan tentang kriteria kepemimpinan antara lain sebagai
berikut:
a. Profesional
Kepemimpinan adalah amanah sehingga orang yang
menjadi pemimpin berarti ia tengah memikul amanah. Dan tentunya, yang namanya
amanah harus ditunaikan sebagaimana mestinya. Dengan demikian tugas menjadi
pemimpin itu berat. Sehingga sepantasnya yang mengembannya adalah orang yang
cakap dalam bidangnya. Karena itulah Rasulullah saw. melarang orang yang tidak
cakap untuk memangku jabatan karena ia tidak
Artinya: "Dari Abu Hurairah berkata, ketika
Rasulullah sedang memberikan pengajian dalam suatu majlis, datanglah seorang
pedalaman seraya bertanya "Kapan hari kiamat?" akan tetapi Rasulullah
tetap melanjutkan pengajiannya, sebagian hadirin berkata bahwa Rasulullah
mendengar pertanyaannya akan tetapi tidak suka. Sebagian yang lain berkata
bahwa Rasulullah tidak mendengarnya. Setelah Rasulullah selesai pengajian,
beliau bertanya "Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat?" Saya
wahai Rasulullah, lalu beliau menjawab "Jika amanah sudah disia-siakan,
maka tunggulah hari kiamat", orang tersebut bertanya lagi "Bagaimana
menyia-nyiakan amanah" Rasulullah menjawab "Apabila suatu urusan
diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah Kiamat."
Berangkat
dari penjelasan teks tersebut dapat ditarik sebuah pemahaman dalam hadis ini
bahwa kehancuran, kekacauan dan ketikadilan akan terjadi jika suatu pekerjaan
atau jabatan apapun, terlebih lagi urusan agama jika diberikan kepada orang
yang tidak amanah dan tidak bertanggung jawab.
Oleh karena itu, bukan hanya pemimpin atau
pejabat yang bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya berupa kekacauan
karena tidak menunaikan amanah akan tetapi umat atau masyarakat juga dianggap
menyia-nyiakan amanah karena memilih dan mengangkat orang-orang yang tidak amanah
pada suatu jabatan. Dengan demikian, hadis di atas menekankan profesionalisme
yang ditunjukkan oleh kata jj^(tidak
kompoten).
b. Mampu Melaksanakan Tugas
Seorang
pemimpin mesti bersedia melaksanakan hukum yang ditetapkan oleh undang-undang.
Pemimpin juga dituntut mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dikala
terpilih sehingga diharuskan sehat secara jasmani dan rohani, sebagaimana dalam
kasus hadits berikut: Dari Abu Dzar, "Saya berkata kepada Rasulullah, wahai
Rasulullah tidakkah engkau mengangkatku menjadi pejabat, lalu Rasulullah
menepuk pundaknya seraya berkata "wahai Abu Dzarr, sesungguhnya engkau
lemah, sedangkan jabatan itu adalah amanah dan merupakan kehinaan serta
penyelasan pada hari kiamat nanti kecuali bagi orang yang mendapatkannya dengan
hak serta melaksanakannya dengan baik dan benar".
Al-Nawawi
berkata ketika mengomentari hadis Abu Dzar: "Hadits ini merupakan pokok
yang agung untuk menjauhi kepemimpinan terlebih lagi bagi seseorang yang lemah
untuk menunaikan tugas-tugas kepemimpinan tersebut. Adapun kehinaan dan
penyesalan akan diperoleh bagi orang yang menjadi pemimpin sementara ia tidak
pantas dengan kedudukan tersebut atau ia mungkin pantas namun tidak berlaku
adil dalam menjalankan tugasnya. Maka Allah menghinakannya pada hari kiamat, membuka
kejelekannya dan ia akan menyesal atas kesia-siaan yang dilakukannya.
c. Sesuai dengan Aspirasi Rakyat
Aspirasi
dari rakyat sangat dibutuhakan karena dengan memudahkan rakyat dilibatkan dalam
setiap keputusan yang ada, sehingga terjalin hubungan yang saling memahami
kewajiban dan hak masing masing, seperti yang tergambar dalam hadis Nabi
sebagai berikut: Artinya: "Z)ar/ '^w/- ibn Malik, dari Rasul saw. Bersabda
"sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang yang mencintai kalian begitu
pula sebaliknya dan mereka selalu mendoakan kalian dan kalian juga selalu
mendoakan mereka, dan sejela-jeleknya pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan
mereka juga membernci kalian dan kalian melaknat mereka begitu pula sebaliknya,
Rasul ditanya: apakah mereka boleh diperengi? Rasul menjawab tidak selama masih
mengerjakan shalat dan jika kalian melihat pada diri mereka sesuatu yang
tidak disukai maka
bencilah pekerjaannya dan membangkang/tidak patuh".
Hadis di
atas menuntut adanya keserasian atau kerjasama yang baik antara pemimpin dan
yang dipimpin, semua itu dapat terwujud dengan diangkatnya pemimpin yang dapat
diterima oleh masyarakat karena pemimpin merupakan representase dari suara
rakyat sehingga tidak berlebihan bila sebuah kalimat yang sering digunakan
dalam menggambarkan keagungan aspirasi rakyat tersebut dengan ungkapan
"suara rakyat adalah suara Tuhan" walaupun ungkapan ini masih perlu
direnungkan ulang
Dalam
hadis ini pula terlihat Nabi memposisikan pemimpin sebagai orang yang mulia
sehingga dilarang untuk dicaci, laknat dan membunuhnya, akan tetapi Rasul tidak
melarang ummatnya agar ditetap kritis.
C. Kesimpulan
Allah
SWT telah memberi akal pada manusia untuk berpikir. Segala sesuatu yang ada di
dunia merupakan "ayat kauniyah" yang menimbulkan penyadaran bagi
manusia yang mau berpikir. Segala sesuatu di alam yang tercipta seimbang
mengilhami manusia untuk mencontohnya demi kemaslahatan hidupnya seperti
memanaj sesuatu.
Allah
yang Maha Rahman tidak melepaskan manusia begitu saja dengan pikirannya tanpa
petunjuk pasti, tetapi Allah selalu memberi bimbingan melalui para rasul-Nya
untuk suatu kaum agar mendapat kemaslahatan dalam hidupnya, baik di dunia
maupun di akhirat.
Proses
manajemen sebenarnya telah dicontohkan di dalam al Quran dan diaplikasikan
langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Memang, al Quran dan Hadits Nabi tidak
menyebutkan hal-hal yang berhubungan dengan manajemen secara rinci. Tetapi
bagaimana kita menggali dan menafsirkannya, karena sesungguhnya manajemen telah
ada dan tercantum dalam al Quran dan Hadits sebagai sumber pokok ajaran Islam
seperti fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
Pengawasan) bahkan Alqur'an dan Hadits memberikan arahan tentang
keterampilan kepemimpinan dan kompetensi apa saja yang harus dimiliki seorang
pemimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Abu
Muhammad Badr al-Din al-Hanafi, „Umdah al-Qari' Syarh Shahih al-Bukhari, Juz. II, CD ROM al-Maktabah al-Syamilah
Abu
Zakariya Yahya ibn Syaraf al-Nawawi, Syarh
Shahih Muslim,, Juz. XII
(Cet. II; Beirut: Dar
Ihya' al-Turas al-'Arabi, 1392 H.
Ali
Muhammad Taufik, 2004, Praktik
Manajemen Berbasis Al Quran, Jakarta:
Gema Insani
Didin
Hafidudin dan Hendri Tanjung, 2003, Manajemen
Syariah dalam Prkatik, Jakarta
: Gema Insani
Dr. Edi Sutrisno, M.Si, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Kencana
George R Terry, 2006, Prinsip-prinsip Manajemen, Jakarta : Bumi Aksara
Hadari nawawi, 1983, Administrasi Pendidikan, Jakarta : PT Gunung Agung
Husaini
Usman, 2003, Manajemen:
Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta:
Bumi Aksara
Ibnu
Katsir, 1999, Ringkasan
Tafsir Ibnu Katsir, (terj),
M. Nasib Ar-Rifa'i, Jakarta: Gema Insani
Diakses 15 April 2016
Jawahir
tantowi, 1983, Unsur - Unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur'an . Jakarta : Pustaka Al-Husna
Jurnal. Teori
Pengantar Manajemen. 2009,
http: blogspot.com di akses pada tanggal 15
oktober 2010
M. bukhari, dkk, 2005 Azaz - Azaz Manajemen. Yogyakarta : Aditya Media.
M.
Ngalim Purwanto, 2008, Administrasi
dan Supervisi Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya
M.Quraish Shihab, 2000, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan keserasian
al-Qur'an, Volume 2, Cet 1, Ciputat: Lentera Hati
Mariono
dkk. 2008, Manajemen
Dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung
: PT Refika Ditama
Mariono,
dkk.2008, Manajemen
dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung:
PT Refika Aditama
Shohih Muslim, Juz. III, hlm. 1481
Shohih Muslim, Juz. VI, hlm. 6.
Nanang
fatah, 2008, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Prof.
Dr. H. Engkoswara Dan Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd. 2012, Administrasi Pendidikan, Bandung : ALFABETA
Ramayulis, 2008, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia
Sayyid Quthb, 2002,Tafsir fi Zhilalil
Qur'an, (terj), As'ad Yasin, Jakarta: Gema Insani Press
Shahih Bukhari, Kitab Adzan, hadits 859
Syafarudin
dan Irwan Nasution, 2005, Manajemen
Pembelajaran, Jakarta:
Quantum Teaching
[1] Prof. Dr. H. Engkoswara Dan
Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd., Administrasi Pendidikan, (Bandung : ALFABETA, 2012),
Hal. . 87
2008),, Hal. . 7
[4] Mariono dkk. Manajemen
Dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. (Bandung : PT Refika Ditama.
2008),Hal. . 1
Hal. . 24
Pendidikan............Hal. 133
Insani, 2003) Hal. .101
[12] Jawahir tantowi. Unsur - Unsur Manajemen
Menurut Ajaran Al-Qur'an . (Jakarta : Pustaka Al-Husna. 1983), Hal. 74
[13] Prof. Dr. H. Engkoswara Dan
Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd., Administrasi Pendidikan, (Bandung
: ALFABETA,
2012), Hal.
. 96
[15] Ali Muhammad Taufik. Praktik Manajemen Berbasis Al Quran, ( Jakarta: Gema Insani. 2004), Hal. 35-36.
2002), Hal. . 54.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar