NU KH. Hasyim
Asy'ari dan NU KH. Said Aqil Siroj
Oleh:
Masruchin, S.Ag
(Penulis adalah Wakil Ketua Ranting
NU Desa Juwet)
Kita sering
mendengar pendapat : "kembalikan NU ke NU-nya KH. Hasyim Asy'ari"
(ada upaya fitnah bahwa NU sekarang sudah menyimpang". Baik, saya akan
coba sedikit gambarkan :
Dulu, NU belum
memiliki banyak Banom, Lajnah, dan lembaga seperti sekarang. Dulu, NU belum
memiliki Cabang di luar negeri. Dulu, NU belum punya website, belum dakwah di
dunia Internet. Dulu, NU belum punya channel televisi. Dulu, NU belum punya
majalah. Dulu, NU belum punya JATMAN, JQH, LESBUMI, LAKPESDAM, dll...
Apakah harus
kembali ke zaman dulu seperti awal menanam? Apakah harus memutar waktu? Apakah
ini kemajuan atau penyimpangan?
Ibarat pohon
kopi, dulu tahun 1926 baru ditanam. Memiliki dahan dan daun yang dapat
dihitung? Belum dapat dipakai berteduh, belum berbuah, belum besar. Nah,
sekarang 2018 pohon kopi ini sudah sangat besar. Memiliki tubuh yang sangah
besar, tinggi, berdahan banyak, rantingnya banyak, daunnya sangat banyak, panen
udah berapa kali tidak terhitung. Sudah bisa dipakai berteduh. Bijinya bisa
dinikmati banyak orang, dalam secangkir kopi. Bijinya telah membawa banyak
manfaat dan berkah. Dan keuntungannya buat pemilik pohon kopi, penjual kopi,
serta penikmat kopi.
Setelah pohon
kopi menjadi sangat besar seperti ini, apakah sebuah kesesatan atau kemajuan? Adakah yang telah menyalahi tujuan penanamnya?
Padahal, namanya tetep pohon kopi, tubuhnya tetep satu, sistem fotosintesisnya
masih sama, sistem pertumbuhan, pernafasan, dan hidupnya tetap sama. Biji
kopinya dari dulu sampai sekarang sama. Tidak ada yang berubah. Pohonnya tetap
satu, makin besar, dahan da rantingnya
tambah banyak. Biji kopinya telah panen berkali-kali, dirawat da tumbuh sebagai
satu pohon kopi yang kokoh walaupun berganti-ganti musim da cuaca.
Begitu juga NU.
Pohon NU. Pohon yang ditanam oleh KH. Hasyim Asy'ari dibantu Ulama-Ulama Besar
lainnya. Dirawat dan dikembangkan oleh santri-santrinya. Dan Allah yang
menjadikannya. Sekarang sudah sangat besar. Rantingnya sangat banyak. Daunnya
sangat banyak. Buahnya sudah tidak terhitung sudah dipanen dan dinikmati
masyarakat berapa ribu kali? Pohon ini pendirinya/yang menanam tetap KH. Hasyim
Asy'ari, sekarang diwariskan kepada dan dimiliki oleh murid-murid dan anak
cucunya. Pucuk pimpinan penjaganya di tahun 2015-2020 adalah KH. Ma'ruf Amin,
dan KH. Said Aqil Siroj.
Adakah yang
salah jika NU sudah seperti pohon kopi yang sangat besar, rindang, dan lebat
berbuah? Adakah yang salah jika menuntut
pohon yang sudah sangat besar ini kembali menjadi seperti di masa awal menanam?
Dengan sedikit dahan, ranting, daun, dan belum berbuah?
Jika ternyata
ada jenis pohon kopi dengan label yang lain. Itu adalah ormas lain, dengan
hal-hal yang berbeda, meniru da jiplak pohon kopi yang ditanan KH. Hasyim
Asy'ari. Di sini, saya sedang membicarakan Satu Pohon Kopi yang ditanam KH.
Hasyim Asy'ari dan ulama-ulama besar bersamanya. Dijaga, dirawat, dan
diwariskan melalui muktamar NU kepada santri dan anak cucunya hingga menjadi
sebuah pohon yang besar, kokoh rindang pohonnya, banyak dahan dan rantingnya,
banyak daunnya, serta lebat buahnya. Menyalahkan dan menuntut untuk
mengilangkan dan mengembalikan pohon kopi yang sekarang kepada kondisi pohon
kopi yang ditanam KH. Hasyim Asy'ari, pangkas dahannya, rantingnya, bahkan
musnahkan pohonnya, apa itu tindakan sehat?
Kalau di NU,
pangkas pengurusnya, bubarkan banom-banomnya, lajnah-lajnahnya,
lembaga-lembaganya, cabang-cabang istimewanya, pangkas warga nahdliyinnya,
kebalikan NU ke (NU zaman) KH. Hasyim Asy'ari dengan sedikit struktur, sedikit
warga, tidak ada cabang di luar negeri, dlsb. Apa itu tindakan yang buruk dan
tidak berakal?
Jangan dustakan
anugerah dan rahmat dari Allah Rabb semesta Alam. Mari bersyukur, Allah akan
menambah nikmat dan karunia ini.
Yang menarik,
adakah pohon kopi yang usianya mendekati 100 tahun atau bisa lebih seperti yang
saya gambarkan? Ini hanya pendekatan filosofis saja. Hehe
Sekian,
Monggo
diseruput kopinya
Salam Kopi
Nusantara
Wallahul
muwaafiq ilaa aqwamit thoriq.
Wassalamu'alaikum
wr.wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar